Lurino ngoceh Social Media, Maret 2011
@lurino: mumpung pagi buta, gue rasa gak akan ada yang keberatan kalo gue ngoceh ga jelas soal communication campaign di social media
pertama: konsep perlu dielaborasikan dengan jelas supaya orang tolol segoblok anak umur 5 tahun di timbuktu bisa memahami apa yang dimaksud
kedua: efektivitas penggunaan media nggak diukur dari ragam medium yang dipakai, tapi dari pemanfaatan satu medium untuk tujuan komunikasi
ketiga: bahwa campaign bisa ngehits, ngebuzz, apalah istilah kampungan apapun itu, tidak menjamin sustainability dan keberhasilan campaign
tingkat retweet, mention, apalah itu, nggak bisa jadi indikator untuk kesuksesan. kecuali kalo standar pengukurannya cuma awareness doang
user engagement gak bisa dihitung dari obrolan satu akun dengan akun followernya. ini ngomong campaign, bukan kecerewetan pengguna
kemampuan akun campaigner untuk merespon perubahan dapat menjadi indikator (atau entry point) untuk meraih sustainability
communication campaign dari social media nggak akan bermanfaat kalo nggak bisa mengubah perilaku.
caranya gimana? ya trial and error. kecuali kalo campaigner punya data demografis/psikografis/behavioral dari seluruh pengguna twitter
mampu mengajak followers untuk terlibat ikutan ngetweet apalah yang ditweet sama campaigner nggak menjamin perubahan perilaku
social media itu bukan wahana yang baik untuk mengubah perilaku. bego2annya, goblok aja orang yang dikasih 1000 tweet bisa berubah gitu aja
okelah budget dan resources lainnya terbatas. tetap aja, gunakan medium sesuai khittahnya. dlm hal ini, mungkin para ababil itu lebih cerdas
kalo mau mengubah perilaku lewat social media, pakailah jalan afeksi. yang dibangun adalah keterlibatan emosi. tapi ingat emosi itu kompleks
kalo gitu aja ga paham dan ga bisa mengamalkan, ya udahlah... mungkin bisa lebih sukses di media konvensional...
nyampah selesai... mari kembali bekerja
Comments