...tembaga antara emas...

...Tapi nggak sih; yang lebih diperlukan adalah kemampuan filter pribadi yang lebih mumpuni. Semua bikin sampah, dan selalu terselip di antara sampah bongkahan-bongkahan... tembaga lah, kalau tidak bisa dikatakan emas ataupun permata.

Sekarang jamannya pemenang lomba media mengebom ranah atensi pemirsa dengan fast-food; berlomba menghasilkan gorengan-gorengan paling renyah yang selalu diincar dan dikunyah khalayak pemirsa yang haus 'hiburan'; mencari 'pelepasan' dari 'kepenatan' dengan 'menyinyiri' semua yang lebih 'rendah' dari mereka (kita) agar mereka (kita) bisa "feel good about ourselves."

Nggak lah. Adalah berguna untuk tau apa yang sedang terjadi di dunia sekitar kita. Mereka para "tukang berita" banyak-banyakan produksi 'gorengan' biar 'dagangan' mereka laku, tapi tetap: selalu ada di antara sampah terkandung sebutir dua butir Berita. Kita butuh filter. Sama seperti kita butuh lemak. Dan tentu, terlalu banyak lemak, dan jantungan koronerlah kita xD

Jakarta, 7 Maret 2011

Comments

tikno said…
Aww... rumus media : berita buruk adalah berita menarik gitu lho..
Ferdi Z said…
Bisa, bisa; tapi terlalu banyak berita buruk, khalayak pun akan jengah bukan? :p

(Atau sudah sebegitu tercucuk-hidung-bagai-sapikah konsumen media di Indonesia, sehingga walau kita disiksa-jejal dengan sampah, kita tetap menelan mentah? Bila benar, kasihan.)

Popular posts from this blog

Yang kampungan tuh siapa?

Marlboro Red Rush "Kembali ke UUD '45"