Tragedi Layang Casablanca dan "Ali Topan"-nya Motor-Motor di Jalanan Jakarta

Dari Facebook:
KISAH ALI TOPAN : SEPEDA MOTOR DI JAKARTA

Bak Ali Topan anak jalanan, yang saat ini akan diangkat kembali dalam sebuah tayangan. Padatnya jalanan dengan para pengendara motor mungkin tidak akan membuat kita khawatir dan was-was bila di jalanan sopan, tertib dan disiplin mematuhi rambu-rambu lalu lintas.

Tapi yang membuat kita cemas dan gemas adalah ulah sebagian dari mereka yang suka ngebut nyalip kanan dan kiri (zig-zag).
Rasanya saat ini angkot dan kopaja/metromini sudah tidak lagi menjadi “penguasa” jalanan, tapi pengendara motornya yang menguasai jalanan.

Jalan selebar apa pun rasanya akan dipenuhi oleh para pengendara motor, khususnya saat jam berangkat dan pulang kerja. Mereka enggan mengambil sisi kiri jalan yang memang disarankan oleh polantas.

Mengapa bisa begitu? Salah satu hal yang membuat mereka berperilaku begitu (ngebut dan salip sana-sini) adalah peran “propaganda” iklan sepeda motor. Mau motor merek “Y”, “H” maupun “S” semua menampilkan iklan yang menunjukkan kehebatan merek mereka dalam hal KECEPATAN dan KEGESITAN.

Fenomena sosial budaya dan politik yang saat ini saling mengedepankan EGOISME, MAU MENANG SENDIRI, dan TAK PEDULI DENGAN ORANG LAIN.

DPR yang mau menangnya sendiri, pemimpin yang tak acuh dengan golongan lemah, pejabat yang korupsi tapi tidak dituntut oleh keadilan, pengadilan yang sewenang-wenang dengan rakyat kecil, sehingga sifat peduli dan tepo sliro lama kelamaan menjadi luntur.

Maka para pengendara motor seolah ingin PAMER dan menujukkan hal yang serupa: saya mau menang sendiri dan tak peduli dengan orang lain di jalan. Jadi saya ngebut dan zig-ziag yang penting saya selamat dan cepat sampai tujuan. Apakah tindakan saya itu mencelakai atau bisa menimbulkan celaka bagi orang lain di jalan… Yang penting NGEBUT asal SELAMAT ….

(Foto Tempo)
Sayang memang, ketika secara de-facto sepeda motor bisa ngapain aja di jalanan... seolah bebas hukum (selama nggak ada polisi)...

Sederhana aja deh, mulai dari "parkir" di lampu merah di atas zebra cross, bahkan di depannya... (Lantas, emangnya, kalau di lampu merah motor itu tempatnya di mana..?) (Di belakang zebra cross? Emang dikasih (sama mobil)..?)

---
Konteks:

---
Berapa hari yang lalu aku berpikir, rasanya sebagian besar masalah kesehatan jiwa di Jakarta, disebabkan oleh ketegangan di tengah kemacetan jalan raya.... ketidakmampuan penduduknya untuk berakulturasi dengan kenyataan pola lalulintas Jakarta.

Kita semakin buas di jalanan, hanya semata karena kita ingin buas di jalanan. Padahal tidak harus lho; sama sekali tidak harus....

Comments

Popular posts from this blog

Yang kampungan tuh siapa?

Marlboro Red Rush "Kembali ke UUD '45"